Terapi Makrifat

Administrator Tue 30 Dec, 2014


Inilah edisi lengkap karya Ibnu Athaillah yang telah mengubah kehidupan jutaan muslim di dunia dari masa ke masa. Orang menyebutnya “buku yang tak kunjun

Rp150.000,00


Tambahkan ke Troli
... mengalir dari tangan ulama-psikolog-klasik multidisipliner, baris demi baris dalam edisi lengkap karya Ibnu ‘Athaillah ini mampu mengguncang pikiran dan menggelitik kesadaran pembacanya—singkat-memikat, sarat analogi, dan penuh tips senam jiwa yang menyehatkan. Inilah edisi lengkap karya Ibnu Athaillah yang telah mengubah kehidupan jutaan muslim di dunia dari masa ke masa. Orang menyebutnya “buku yang tak kunjung tamat” karena tak puas dibaca sekali dan terus saja menginspirasi pembacanya. Nasihat-nasihatnya menyentuh dan menggelitik kesadaran. Nutrisi ruhani yang disuguhkannya tak cuma padat tapi juga sarat analogi sehingga pembaca bisa segera terbangun dari ketidaksadaran tanpa dibayangi rasa bosan.
BOX BERISI 4 BUKU Ada yang berbeda dalam tasawuf Ibnu ‘Athaillah. Sementara banyak ulama menekankan arti penting mujahadah sebagai kunci sukses mendaki jalan menuju Allah, syekh kita ini memberi tekanan pada apa yang disebutnya isqâth al-tadbîr—berserah pada pengaturan Allah. Ajaran isqâth al-tadbîr sebetulnya mengajarkan kecerdasan emosional-spiritual. Pada praktiknya, ia setidaknya akan membuahkan beberapa sikap hati: tidak risau akan sarana-sarana penghidupan, tidak bergantung pada amal atau usaha, rida pada kenyataan, dan punya optimisme hidup. Dengan bersandar kepada Allah, dan percaya bahwa Dia selalu memberikan yang terbaik, kita melipatgandakan rasa optimis kita—terlepas dari betapa buruk hal-hal yang menimpa kita di mata orang. Dengan tak pernah lalai bahwa Allah Maha Menolong dan Mahakuasa, dengan tak pernah kehilangan rasa butuh kepada-Nya, kita menjadi terbebas dari penjara keterbatasan, dan merasa lapang sekalipun dikepung oleh berbagai ketidakmungkinan—serasa menjadi pemenang-dalam-hidup selamanya. Ibnu Athaillah al-Sakandari (w. 709 H/1350 M) dikenal sebagai sufi, muhadis, dan fakih. Ia juga tokoh ketiga dalam tarekat al-Syâdziliyyah. Penguasaannya akan hadis dan fikih membuat ajaran-ajaran spiritualnya memiliki landasan nash dan akar syariat yang kuat. Menulis lebih dari dua puluh karya, namanya demikian masyhur lewat karya kondangnya, Al-Hikam.