Assalamualaikum Beijing

Administrator Mon 03 Nov, 2014


Dewa dan Ra adalah busur dan anak panah. Keduanya memiliki bidikan yang sama, sebuah titik bernama istana cinta dalam sebuah pernikahan. Namun, arah angin

Rp54.000,00


Tambahkan ke Troli
Dewa dan Ra adalah busur dan anak panah. Keduanya memiliki bidikan yang sama, sebuah titik bernama istana cinta dalam sebuah pernikahan. Namun, arah angin mengubah Dewa. Sebagai busur , dia memilih sasarannya sendiri dan membiarkan anak panahnya melesat pada Anita. Dewa sudah mengkhianati Ra, sebulan sebelum pernikahan Dewa dan Ra diresmikan. Dewa menikah dengan Anita. Setelah Dewa menikah dengan Anita, perasaan kehilangan teramat besar memukul-mukul batin. Dewa merindukan Ra. Dewa hanya ingin mendampingi Anita hingga bayi mereka lahir, lalu mengurus perceraian secepatnya. Dia tidak peduli. Satu-satunya yang dia pedulikan selama ini, adalah bagaimana bisa kembali bersama Ra. Apa yang telah dilakukan Dewa benar-benar menghancurkan kepercayaan Ra tentang cinta. Pemuda yang dikira akan mengiringi langkahnya ke pelaminan, ternyata harus menjauh dari hidupnya. Cinta sejati hanya mitos, keluhnya. Beberapa hari terpuruk di kamar, bermandi air mata. Namun perlahan mata gadis itu terbuka. Dia tahu setiap yang patah hati harus segera mencari obat penawar luka. Hijrah dari kekecewaan dengan memaafkan. Berpikir begitu, dia meneruskan perjuangan menutup lembaran hati yang dulu sempat terisi oleh lelaki bernama Dewa. Di sisi lain, Asma yang sedang meliput di China, bertemu dan berkenalan dengan Zhongwen, pemuda dengan rahang tegas yang kontras dan sepasang mata cerdas yang bersinar lembut. Pemuda yang tak hanya tersenyum dengan bibir, tapi juga dengan matanya. Pemuda itu mengajak Asma mengenal cinta sejati, melalui dunia dongeng si cantik Ashima dari Yunnan. Sebagai laki-laki pengagum mitologi, Zhongwen ibarat kesatria tanpa kuda. Sikapnya santun dan perangainya gagah, tapi langkahnya tak tentu arah. Hingga dia bertemu Asma. Kebahagiaan sederhana yang dirasakan Zhongwen saat mereka duduk bersisian. Namun dia yakin, dia tidak sedang jatuh cinta. Dia bukan tipe romantis yang mempercayai love at first sight. Menurutnya, cinta ada melalui serangkaian proses: perkenalan, adaptasi, kesamaan selera, kebersamaan melewati berbagai ujian, yang kesemuanya mensyaratkan tahapan dan waktu. Ra yang berusaha menutup hati untuk Dewa, dan Asma yang berjuang melupakan lelaki berahang kukuh yang diam-diam memujanya. Dua nama, satu cinta. Bersama, mereka mencoba menaklukkan takdir yang datang menyapa. Assalamualaikum Beijing! Judul yang menarik... mengingatkan saya akan karya Habiburrahman El Shirazy, Ayat-ayat Cinta, yang mengajak saya untuk menikmati keindahan Mesir. Begitu pula dengan karya bunda Asma Nadia yang satu ini, mampu mempresentasikan keindahan-keindahan Beijing dengan sangat apik. Bahasa-bahasa China yang digunakan juga mampu menambah daftar kalimat romantis di buku besar saya, hehee... Novel ini mengajarkan banyak hal kepada mereka yang akan menikah maupun yang sedang menikah. Khususnya saya yang ingin segera menikah, hehee... Bertahun-tahun pacaran, belum tentu jadi pasangan hidup :-D Gambaran dinginnya rumah tangga Dewa, serta harmonisnya rumah tangga Asma, terpapar dengan jelas. Tapi jujur, saya malah terpesona dengan sikap Anita setelah menikah, kesabaran menghadapi sang suami sungguh luar biasa. Tak kalah dengan ketegaran Asma. Menariknya, setiap bab dibuat dengan sudut pandang berbeda, menerbitkan rasa penasaran untuk terus membuka lembar-lembar berikutnya. Hanya saja menurut saya, konflik kurang tergarap di akhir cerita. Tau tau hamil, lalu melahirkan. Andai perjuangan Asma saat hamil dan setelah melahirkan bisa lebih digambarkan dengan detail, saya siap kog meluangkan waktu untuk membaca novel super tebal dari bunda Asma :-D Buat temen-temen yang belum baca... cepetan baca :-D luar biasa mengharukan!