Majmu'atu Rasa'il 1

Administrator Mon 10 Nov, 2014


Sesuai judul aslinya, “Majmu’ah Rasail” (Kumpulan Risalah), buku ini berisi kumpulan surat, makalah, dan transkrip pidato yang pernah dibuat dan disa

Rp110.000,00


Tambahkan ke Troli
Sesuai judul aslinya, “Majmu’ah Rasail” (Kumpulan Risalah), buku ini berisi kumpulan surat, makalah, dan transkrip pidato yang pernah dibuat dan disampaikan oleh Hasan Al Banna sepanjang hidupnya di medan dakwah dan jihad. Di dalamnya berisi pemikiran-pemikiran Hasan Al Banna tentang dakwah yang tentu saja akan berhubungan dengan gerakan dakwah yang dipelorinya, Ikhwanul Muslimin.Buku ini, juga diterbitkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Risalah Pergerakan. Adapun buku ini, adalah edisi khusus dua bahasa, yakni Arab dan Indonesia.Terdapat 18 judul dari kumpulan risalah Hasan Al Banna, yaitu: 1. Risalah Ta’lim, 2. Nizhamul Usar, 3. Dakwah Kami, 4. Apakah Kita Para Aktivis?, 5. Kepada Mahasiswa, 6. Menuju Cahaya, 7. Risalah Jihad, 8. Mu’tamar Ke-enam, 9. Mar’ah Muslimah, 10. Kepada Apa Kami Menyeru Manusia?, 11. Di Bawah Naungan Al-Quran, 12. Al-Ma’tsurat, 13. Al-’Aqaaid, 14. Kepada Para Pemuda dan Secara Khusus Kepada Para Mahasiswa, 15. Dakwah Kami di Zaman Baru, 16. Antara Kemarin dan Hari Ini, 17. Mu’tamar Ke-lima, dan 18. Agenda Persoalan Kita dalam Kacamata Sistem Islam. Saya tidak akan mengurainya secara terperincu, hanya beberapa bagian saja yang dianggap sesuai. Risalah ta’lim merupakan rumusan rambu-rambu dalam sebuah gerakan Islam. Di dalamnya terdapat rukun-rukun bai’at (arkanul-bai’ah) dan kewajiban-kewajiban seorang mujahid. Selama ini ‘bai’at’ hanya dikenal dengan makna janji setia untuk mengamalkan wirid tertentu atau untuk ta’at kepada figur syaikh tertentu. Risalah ta;lim hadir dengan penjelasan batasan-batasan bai’at yang dibutuhkan dewasa ini. Adapun secara berurutan arkanul bai’at adalah sebagai berikut: 1. Bai’at untuk memahami Islam secara benar (fahm / pemahaman); 2. Bai’at untuk ikhlas hanya karena Allah (ikhlas); 3. Bai’at untuk beraktivitas, yang telah digariskan awal langkahnya dan telah jelas tujuan akhirnya (amal / aktivitas); 4. Bai’ta untuk berjihad (jihad); 5. Bai’at untuk berkorban dengan segala apa yang dimiliki, demi meraih ridho Allah (tadhiyah / pengorbanan); 6. Bai’at untuk ta’at sesuai dengan kemampuannya (taat / kepatuhan); 7. Bai’at untuk tegar menghadapi kondisi di setiap waktu (tsabat / keteguhan); 8. Bai’at untuk memberikan loyalitas tota bagi dakwah ini (tajarrud / kemurnian); 9. Bai’at untuk berukhuwwah sebagai titik tolak (ukhuwwah); dan 10. Bai’at untuk memberikan kepercayaan kepada pemimpin dan shafnya (tsiqah / kepercayaan). Dalam nizhamul usar, Hasan Al Banna ingin menekankan pentingnya pembinaan agar tujuan dakwah bisa tercapai, khususnya dalam bingkai ukhuwwah. Beliau menekankan 3 pilar utama agar ikatan usrah ini menjadi erat. Yaitu ta’aruf (saling mengenal), tafahum (saling memahami), dan takaful (saling menanggung beban). Beliau juga menyampaikan beberapa hal yang bisa dilakukan dalam forum usrah antara lain membahas persoalan setiap individu dalam bingkai ukhuwwah, mengbahas problematika Islam dan keummatan dan mengkaji buku-buku yang referensif. Bagian ‘dakwah kami’, menjelaskan tentang karakteristik dakwah Ikhwan dan bagaimana sikap ikhwan menanggapi berbagai faham dan aliran dis eluruh dunia. Misal pandangan mereka terhadap nasionalisme dan kebangsaan. Di bahas juga tentang sikap ikhwan menanggapi fenomena perbedaan mazhab dalam Islam. Berikutnya dalam ‘Apakah Kita Para Aktivis’, ‘Kepada Mahasiswa’, dan ‘Kepada Para Pemuda dan Secara Khusus Kepada Para Mahasiswa’, Hasan Al Banna ingin menegaskan dan memberi paradigma bahwa kita sebagai kader dalam gerakan dakwah harus menjadi kaum-kaum yang senantiasa beramal dan memiliki aktivitas positif. Harus bisa menunjukkan bahwa gerakan dakwah itu memiliki aktivitas yang berimbas nyata bagi kehidupan. Menjaga aktivitas takwiniah dan juga sebagai mahasiswa juga harus memiliki kapasitas keilmuan yang mumpuni, memahami ranah siasah / politik dan bisa memberikan filtrasi terhadap sistem politik barat. Memiliki basis keilmuan yang kuat dan mumpuni.